Sedih! Kisah Bocah 10 Tahun Merawat Ayahnya yang Stroke
http://memekee.blogspot.com/2014/02/sedih-kisah-bocah-10-tahun-merawat.html
Sedih! Kisah Bocah 10 Tahun Merawat Ayahnya yang Stroke - Dengan tekun dan penuh kesabaran, Miranda, bocah berusia 10 tahun, merawat bapaknya, Andi Sukri Sondo (55), yang lumpuh akibat stroke. Bukan hanya masih belia, Miranda adalah bocah berkebutuhan khusus.
Di kamar berukuran 3 x 2 meter, Miranda bersama ayahnya hidup bersama. Selama hampir tiga tahun, ia seorang diri berjuang merawat ayahnya yang hanya terbaring tak berdaya di tempat tidur.
Kamar yang ditempati Miranda dan ayahnya tampak kotor, lembab, dan bau. Tak sepantasnya kamar tersebut dihuni oleh orang sakit. Kondisi tambah parah bila hujan turun. Atap kamar yang bocor membuat air hujan masuk dan membasahi kasur tempat Miranda dan ayahnya tidur.
Bersama ayahnya, Miranda menumpang tinggal di rumah keluarganya di lorong Tabbaci, Jalan Ir Soekarno, Kelurahan Dapu Dapura, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Saat dikunjungi, Rabu (26/2/2014), Miranda terlihat malu-malu dan menutup wajahnya. Sesekali Miranda kecil tersenyum dan mengusap rambut ayahnya dengan penuh kasih sayang.
Sore itu, ia menemani ayahnya. Tugasnya menyuapi makan dan memandikan ayahnya sudah selesai dilakukan.
"Untung ada anakku yang satu ini yang rawat dan temani, kasihan. Sudah tiga tahun mi saya tidak bisa gerakkan badan," tutur Andi Sukri dengan suara terbata-bata.
Putus sekolah
Menurut Sukri, Miranda pernah mengenyam bangku sekolah dasar, tetapi hanya sampai kelas 1 selama 4 tahun. Sebab, kondisi Miranda tak memungkinkannya belajar seperti anak-anak normal lainnya.
"Di sekolahnya, dia sering diejek teman-temannya, jadi tambah parah anakku, kasihan," ujarnya sedih.
Kalimat penolakan dilontarkan Miranda saat Amri S Herman, Ketua RT 02/RW 04, memintanya agar kembali sekolah.
"Tidak mau, tidak ada baju sekolahku. Siapa nanti yang rawat bapakku kalau saya sekolah," ungkap Miranda spontan.
Kepada Miranda, Amri menjelaskan akan menitipkan ayahnya ke panti jompo agar ia bisa sekolah lagi. Namun, Miranda menangis. "Saya tidak mau bapakku dibawa ke panti, saya tetap merawatnya," isak Miranda.
Menurut Amri, Miranda sangat telaten merawat ayahnya. Tak hanya menyuapkan makan, memandikan, bahkan membersihkan buang air besar dan air kecil pun dikerjakannya.
"Dalam rumah itu ada dua kepala keluarga, yakni keponakan Sukri dan mertua keponakannya, tetapi sepertinya mereka tidak peduli," ujar Amri.
Untuk makan, Miranda terpaksa mengambil makanan ke rumah sepupunya yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Namun, Amri mengaku selalu mendengar anak itu menangis ketika lewat di samping rumahnya.
"Saya duga Miranda habis dimarahi lagi sama sepupunya saat mengambil nasi," kata Amri.
Kini, Miranda bersama ayahnya sudah bisa menikmati makanan sendiri. Sebab, banyak dermawan memberikan bantuan setelah melihat langsung kondisinya.
"Setelah saya menyebarkan foto-foto dan cerita sedih Miranda dan bapaknya melalui jaringan media sosial, banyak masyarakat yang sudah datang memberikan bantuan. Bahkan, ada juga yang mengirimkan dana melalui nomor rekeningku dan saya laporkan ke bapaknya," papar Amri.
Kebanyakan bantuan itu datang dari swasta dan perorangan. Namun, bantuan dari pemerintah di tingkat kelurahan sampai Pemerintah Kota Kendari belum kunjung datang.
Bekas pengusaha
Bagaimana kisah pilu menimpa Andi Sukri Sondo dan Miranda? Dengan mata berkaca, Sukri menceritakan, awalnya ia adalah seorang pengusaha kaya. Usaha penjualan kayu dan perkebunannya maju saat dia berdomisili di Kabupaten Konawe Utara.
"Setelah saya terserang stroke delapan tahun lalu, semua usaha dikelola sama istriku. Tetapi, sayang kepercayaan dikhianati istriku, semua usahaku dijual dan uangnya dibawa kabur, ditambah istriku selingkuh dengan karyawan di perusahaanku sendiri," kata Sukri.
Sukri sempat beberapa kali berobat ke Makassar, tetapi stroke yang dialami tak kunjung sembuh. Ia pun memilih untuk kembali ke Kendari dan menempati rumah pemberian keluarganya.
"Rumahku disita untuk membayar utang bekas istriku, empat anakku yang lain juga pergi dengan mamanya. Tersisa Miranda anak bungsuku yang mau temani dan rawat saya," kata Sukri lirih.
source: keepo.me
Jangan Lupa Gabung di Facebook dan Tweeter Sobat Muda yah!
Di kamar berukuran 3 x 2 meter, Miranda bersama ayahnya hidup bersama. Selama hampir tiga tahun, ia seorang diri berjuang merawat ayahnya yang hanya terbaring tak berdaya di tempat tidur.
Kamar yang ditempati Miranda dan ayahnya tampak kotor, lembab, dan bau. Tak sepantasnya kamar tersebut dihuni oleh orang sakit. Kondisi tambah parah bila hujan turun. Atap kamar yang bocor membuat air hujan masuk dan membasahi kasur tempat Miranda dan ayahnya tidur.
Bersama ayahnya, Miranda menumpang tinggal di rumah keluarganya di lorong Tabbaci, Jalan Ir Soekarno, Kelurahan Dapu Dapura, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Saat dikunjungi, Rabu (26/2/2014), Miranda terlihat malu-malu dan menutup wajahnya. Sesekali Miranda kecil tersenyum dan mengusap rambut ayahnya dengan penuh kasih sayang.
Sore itu, ia menemani ayahnya. Tugasnya menyuapi makan dan memandikan ayahnya sudah selesai dilakukan.
"Untung ada anakku yang satu ini yang rawat dan temani, kasihan. Sudah tiga tahun mi saya tidak bisa gerakkan badan," tutur Andi Sukri dengan suara terbata-bata.
Miranda, bocah berusia 10 tahun merawat bapaknya Andi Sukri Sondo (55) yang lumpuh akibat stroke.
Menurut Sukri, Miranda pernah mengenyam bangku sekolah dasar, tetapi hanya sampai kelas 1 selama 4 tahun. Sebab, kondisi Miranda tak memungkinkannya belajar seperti anak-anak normal lainnya.
"Di sekolahnya, dia sering diejek teman-temannya, jadi tambah parah anakku, kasihan," ujarnya sedih.
Kalimat penolakan dilontarkan Miranda saat Amri S Herman, Ketua RT 02/RW 04, memintanya agar kembali sekolah.
"Tidak mau, tidak ada baju sekolahku. Siapa nanti yang rawat bapakku kalau saya sekolah," ungkap Miranda spontan.
Kepada Miranda, Amri menjelaskan akan menitipkan ayahnya ke panti jompo agar ia bisa sekolah lagi. Namun, Miranda menangis. "Saya tidak mau bapakku dibawa ke panti, saya tetap merawatnya," isak Miranda.
Menurut Amri, Miranda sangat telaten merawat ayahnya. Tak hanya menyuapkan makan, memandikan, bahkan membersihkan buang air besar dan air kecil pun dikerjakannya.
"Dalam rumah itu ada dua kepala keluarga, yakni keponakan Sukri dan mertua keponakannya, tetapi sepertinya mereka tidak peduli," ujar Amri.
Untuk makan, Miranda terpaksa mengambil makanan ke rumah sepupunya yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Namun, Amri mengaku selalu mendengar anak itu menangis ketika lewat di samping rumahnya.
"Saya duga Miranda habis dimarahi lagi sama sepupunya saat mengambil nasi," kata Amri.
Kini, Miranda bersama ayahnya sudah bisa menikmati makanan sendiri. Sebab, banyak dermawan memberikan bantuan setelah melihat langsung kondisinya.
"Setelah saya menyebarkan foto-foto dan cerita sedih Miranda dan bapaknya melalui jaringan media sosial, banyak masyarakat yang sudah datang memberikan bantuan. Bahkan, ada juga yang mengirimkan dana melalui nomor rekeningku dan saya laporkan ke bapaknya," papar Amri.
Kebanyakan bantuan itu datang dari swasta dan perorangan. Namun, bantuan dari pemerintah di tingkat kelurahan sampai Pemerintah Kota Kendari belum kunjung datang.
Bekas pengusaha
Bagaimana kisah pilu menimpa Andi Sukri Sondo dan Miranda? Dengan mata berkaca, Sukri menceritakan, awalnya ia adalah seorang pengusaha kaya. Usaha penjualan kayu dan perkebunannya maju saat dia berdomisili di Kabupaten Konawe Utara.
"Setelah saya terserang stroke delapan tahun lalu, semua usaha dikelola sama istriku. Tetapi, sayang kepercayaan dikhianati istriku, semua usahaku dijual dan uangnya dibawa kabur, ditambah istriku selingkuh dengan karyawan di perusahaanku sendiri," kata Sukri.
Sukri sempat beberapa kali berobat ke Makassar, tetapi stroke yang dialami tak kunjung sembuh. Ia pun memilih untuk kembali ke Kendari dan menempati rumah pemberian keluarganya.
"Rumahku disita untuk membayar utang bekas istriku, empat anakku yang lain juga pergi dengan mamanya. Tersisa Miranda anak bungsuku yang mau temani dan rawat saya," kata Sukri lirih.
source: keepo.me