FACEBOOK: Ketika Sebuah Jejaring Sosial Menua
http://memekee.blogspot.com/2014/02/facebook-ketika-sebuah-jejaring-sosial.html
Ketika Sebuah Jejaring Sosial Menua - Kaum muda tak semarak sebelumnya dalam menggunakan Facebook. Setidak-tidaknya jumlah pengguna muda Facebook dilaporkan terus menurun. Apakah Facabook sudah mulai ketinggalan jaman?
Tahun 2013, jejaring sosial Facebook diterpa masalah. Para pengguna muda, terutama yang masih berusia di bawah 35 tahun secara bertahap mulai beralih menggunakan media sosial lain. Tak urung, saham Facebook mengalami penurunan. Demikian diakui kepala keuangan Facebook David Eberman secara pribadi, dalam sebuah konferensi yang dihadiri para analis, terkait angka-angka bisnis Facebook.
Kecemasan itu diredam seorang pengajar media di München, Niels Brüggen. Menurutnya, dalam bisnis sosial media yang bergerak cepat, platform Facebook masih mempunyai jumlah pengguna yang sangat besar, sehingga saat ini Facebook belum benar-benar berada dalam kondisi bahaya.
Berbeda halnya dengan Facebook, sebuah jejaring sosial khusus mahasiswa buatan Jerman, Studi-VZ tidak bisa bersaing melawan Facebook dan terpaksa harus menghentikan layanannya di Spanyol, Perancis, Italia dan Polandia tahun 2009 silam. Masalah yang menimpa platform Studi-VZ adalah karena tidak adanya inovasi lebih lanjut, ujar Karsten Wenzlaff, seorang ahli di Institut Komunikasi dan Media Sosial di Berlin.
Fitur dan Aplikasi Baru Agar Tetap Menarik
Bisa dibilang bahwa platform ini Facebook sudah ketinggalan jaman, tapi itu bukan hal buruk, kata Wenzlaff. Dengan menyediakan layanan aplikasi dan fitur-fitur baru, Facebook berusaha untuk tetap menarik bagi para penggunanya. Hal inilah diharpkan dapat membantu Facebook dalam mempertahankan jumlah penggunanya. Namun pemakaian aplikasi itu pun di kalangan anak muda masih terbatas.
"Untuk setiap fungsi, para pengguna muda ingin memakai layanan app khusus," ujar Wenzlaff. Mereka berbagi foto lewat Instagram, bercakap-cakap menggunakan WhatsApp atau Snapchat, yang menjadi semakin populer di kalangan mereka.
Kurangnnya Perlindungan Data Konsumen
Mengapa terjadi penurunan jumlah pengguna muda Facebook yang berusia di bawah 34 tahun? Para kawula muda tersebut menganggap platform itu tak lagi menjadi sesuatu yang keren karena orang tua, guru dan pelatih sepakbola mereka mendaftar di Facebook. "Tentunya mereka enggan pergi ke tempat nongkrong yang sama dengan orang tua mereka," kata Wenzlaff.
Kritikan lain yang kerap dilontarkan adalah terkait kurangnya perlindungan data, walaupun bagi kaum muda hal ini tak jadi masalah. "Pengaturan privasi di Facebook sangat rumit dan sebetulnya hampir tak seorangpun tahu tentang siapa yang boleh melihat apa dari apa yang saya posting," kata peneliti komunikasi Wenzlaff.
Smartphone Mempermudah Perpindahan Pengguna ke Platform Lain Seperti WhatsApp
Selain itu Niels Bruggen berpendapat, "Dulu orang tak ingin menggunakan jejaring sosial lain, karena tak ingin secara ekstra harus memasukkan lagi daftar ratusan mereka dari jejaring sosial lama ke jejaring sosial baru".
Sekarang hal itu bisa terjadi secara otomatis --setidak-tidaknya dengan layanan smartphone yang dimiliki sebagian besar kaum muda saat ini. Oleh karena itu, kini remaja paling senang menggunakan layanan obrolan WhatsApp. Perusahaan analisis Socialbakers menghitung, pada kuartal pertama tahun 2013 Facebook telah kehilangan sekitar 1,2 juta pengguna.
Pengguna Pasif
Meski pengguna layanan mereka berkurang, Facebook tak lantas menjadi panik. Di satu sisi memang jumah pengguna Facebook selalu berubah-ubah. Selain itu, Niels Brüggen menekankan jumlah di atas tidak menggambarkan jumlah pengguna yang keluar dari Facebook akan tetapi jumlah itu hanya menggambarkan jumlah pengguna Facebook dengan tingkat partisipasi rendah di Facebook.
Facebook juga tak perlu khawatir, karena Facebook masih mempunyai pengguna berusia lebih dari 35 tahun, ujar Brüggen lebih lanjut. Mereka ini akan tetap setia menggunakan Facebook, karena adanya ketertarikan mereka pada halaman-halaman politik dan profil perusahaan yang ada di Facebook dimana mereka bisa mendapat informasi yang relevan disana. Golongan ini biasanya sudah merasa puas hanya dengan satu internet portal. Sedangkan anak-anak mereka selalu berusaha mencari jejaring sosial baru dimana mereka bisa berada dalam komunitasnya.
Source: www.dw.de
Jangan Lupa Gabung di Facebook dan Tweeter Sobat Muda yah!
Tahun 2013, jejaring sosial Facebook diterpa masalah. Para pengguna muda, terutama yang masih berusia di bawah 35 tahun secara bertahap mulai beralih menggunakan media sosial lain. Tak urung, saham Facebook mengalami penurunan. Demikian diakui kepala keuangan Facebook David Eberman secara pribadi, dalam sebuah konferensi yang dihadiri para analis, terkait angka-angka bisnis Facebook.
Kecemasan itu diredam seorang pengajar media di München, Niels Brüggen. Menurutnya, dalam bisnis sosial media yang bergerak cepat, platform Facebook masih mempunyai jumlah pengguna yang sangat besar, sehingga saat ini Facebook belum benar-benar berada dalam kondisi bahaya.
Berbeda halnya dengan Facebook, sebuah jejaring sosial khusus mahasiswa buatan Jerman, Studi-VZ tidak bisa bersaing melawan Facebook dan terpaksa harus menghentikan layanannya di Spanyol, Perancis, Italia dan Polandia tahun 2009 silam. Masalah yang menimpa platform Studi-VZ adalah karena tidak adanya inovasi lebih lanjut, ujar Karsten Wenzlaff, seorang ahli di Institut Komunikasi dan Media Sosial di Berlin.
Fitur dan Aplikasi Baru Agar Tetap Menarik
Bisa dibilang bahwa platform ini Facebook sudah ketinggalan jaman, tapi itu bukan hal buruk, kata Wenzlaff. Dengan menyediakan layanan aplikasi dan fitur-fitur baru, Facebook berusaha untuk tetap menarik bagi para penggunanya. Hal inilah diharpkan dapat membantu Facebook dalam mempertahankan jumlah penggunanya. Namun pemakaian aplikasi itu pun di kalangan anak muda masih terbatas.
"Untuk setiap fungsi, para pengguna muda ingin memakai layanan app khusus," ujar Wenzlaff. Mereka berbagi foto lewat Instagram, bercakap-cakap menggunakan WhatsApp atau Snapchat, yang menjadi semakin populer di kalangan mereka.
Kurangnnya Perlindungan Data Konsumen
Mengapa terjadi penurunan jumlah pengguna muda Facebook yang berusia di bawah 34 tahun? Para kawula muda tersebut menganggap platform itu tak lagi menjadi sesuatu yang keren karena orang tua, guru dan pelatih sepakbola mereka mendaftar di Facebook. "Tentunya mereka enggan pergi ke tempat nongkrong yang sama dengan orang tua mereka," kata Wenzlaff.
Kritikan lain yang kerap dilontarkan adalah terkait kurangnya perlindungan data, walaupun bagi kaum muda hal ini tak jadi masalah. "Pengaturan privasi di Facebook sangat rumit dan sebetulnya hampir tak seorangpun tahu tentang siapa yang boleh melihat apa dari apa yang saya posting," kata peneliti komunikasi Wenzlaff.
Smartphone Mempermudah Perpindahan Pengguna ke Platform Lain Seperti WhatsApp
Selain itu Niels Bruggen berpendapat, "Dulu orang tak ingin menggunakan jejaring sosial lain, karena tak ingin secara ekstra harus memasukkan lagi daftar ratusan mereka dari jejaring sosial lama ke jejaring sosial baru".
Sekarang hal itu bisa terjadi secara otomatis --setidak-tidaknya dengan layanan smartphone yang dimiliki sebagian besar kaum muda saat ini. Oleh karena itu, kini remaja paling senang menggunakan layanan obrolan WhatsApp. Perusahaan analisis Socialbakers menghitung, pada kuartal pertama tahun 2013 Facebook telah kehilangan sekitar 1,2 juta pengguna.
Pengguna Pasif
Meski pengguna layanan mereka berkurang, Facebook tak lantas menjadi panik. Di satu sisi memang jumah pengguna Facebook selalu berubah-ubah. Selain itu, Niels Brüggen menekankan jumlah di atas tidak menggambarkan jumlah pengguna yang keluar dari Facebook akan tetapi jumlah itu hanya menggambarkan jumlah pengguna Facebook dengan tingkat partisipasi rendah di Facebook.
Facebook juga tak perlu khawatir, karena Facebook masih mempunyai pengguna berusia lebih dari 35 tahun, ujar Brüggen lebih lanjut. Mereka ini akan tetap setia menggunakan Facebook, karena adanya ketertarikan mereka pada halaman-halaman politik dan profil perusahaan yang ada di Facebook dimana mereka bisa mendapat informasi yang relevan disana. Golongan ini biasanya sudah merasa puas hanya dengan satu internet portal. Sedangkan anak-anak mereka selalu berusaha mencari jejaring sosial baru dimana mereka bisa berada dalam komunitasnya.
Source: www.dw.de